Dalam dunia yang mana pantun menjadi realiti, hidup Adwa dirasakan tidak lagi bererti. Bertahun yang lalu, ibunya, Teja Ratna telah menghilangkan diri sebelum berlangsungnya perlawanan terakhir Liga Laga Pujangga, gelanggang bersabung pantun. Bermula dari situ, keluarganya dikeji dan dicaci, memaksa Adwa untuk melupakan cita-citanya untuk menjadi anak seni.
Namun, kematian seorang sahabat memaksa Adwa mengikuti pengajian di Akademi Seni Atma Rais Awang (AKSARA), sebuah institut kesenian ternama yang juga alma mater ibunya untuk mencari kebenaran.
Di AKSARA, kata adalah senjata. Dan kemampuan Adwa untuk meluncurkan seni kata pantun akan teruji sebelum dia peroleh jawapan kepada semua persoalan.
“Hamba bertandang, membuka gelanggang!”
Only logged in customers who have purchased this product may leave a review.
Co-working space l Seminar l Kelas l Wacana l dan lain-lain ?
Reviews
There are no reviews yet.